Gelombang protes dari Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) menggema di depan Istana Negara, Kamis (9/10/2025). Mereka menuntut keadilan bagi peternak ayam rakyat.
Ketua KPUN Alvino Antonio W. mengatakan, kenaikan harga ayam hidup tidak otomatis meningkatkan keuntungan peternak karena biaya pakan terus meroket dalam dua bulan terakhir.
“Per 1 Oktober 2025, harga ayam hidup di tingkat peternak Rp21.000 per kilogram, sedangkan biaya produksi mencapai Rp20.000 per kilogram,” ungkap Alvino dalam orasinya.
Kenaikan harga pakan jagung menjadi Rp6.900 hingga Rp7.000 per kilogram dinilai sebagai penyebab utama kerugian. Nilai itu jauh di atas harga acuan Rp5.500 per kilogram.
Ironisnya, harga ayam broiler di tingkat konsumen tetap tinggi di angka Rp38.377 per kilogram, tapi peternak tidak menikmati imbas keuntungan karena rantai distribusi tak berpihak.
Dalam aksinya, KPUN mendesak pemerintah segera membentuk Kementerian Peternakan. Mereka menilai Menteri Pertanian gagal memperjuangkan kesejahteraan peternak dan mengawasi industri pakan.
“Peternak rakyat kini seperti berjuang sendiri tanpa perlindungan. Kami minta regulasi ditegakkan agar budidaya dikembalikan sepenuhnya ke peternak mandiri,” tambah Alvino lantang.
Selain itu, KPUN menuntut penegakan Permentan No.10/2024 tentang pembagian DOC ayam ras, serta pengawasan ketat terhadap harga DOC yang dinilai sudah tidak terkendali.
Mereka juga menyoroti belum optimalnya program Bantuan Pangan dan Makan Bergizi Gratis, yang dinilai tidak melibatkan peternak ayam rakyat sebagai bagian dari rantai pasok nasional.
Pemerintah juga diminta segera menjalankan Perpres No.125/2022 tentang Cadangan Pangan Pemerintah, terutama penyerapan ayam hidup dari peternak sebagai bentuk stabilisasi harga.
“Jika pemerintah tidak menindaklanjuti tuntutan ini, kami akan turun lagi dalam jumlah lebih besar. Ini soal keberlanjutan hidup peternak kecil,” tegasnya menutup aksi.
Aksi damai ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah bahwa krisis pakan ternak dan mahalnya DOC bukan sekadar isu ekonomi, tetapi menyangkut nasib jutaan peternak rakyat.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar