Psikolog keluarga mengingatkan bahwa enam sikap negatif ini sering dianggap sepele, namun mampu merusak hubungan, menghancurkan kepercayaan, dan mematikan cinta pasangan secara perlahan.
Para konselor pernikahan menyebut, konflik dalam hubungan sebenarnya wajar, namun cara menyelesaikannya menentukan masa depan cinta, komunikasi, dan keharmonisan pasangan.
Banyak orang mengabaikan sikap kecil yang berdampak besar. Tanpa disadari, ucapan dan tindakan tertentu bisa melukai hati, memicu trauma, hingga menciptakan hubungan toxic.
Sikap pertama yang harus dihindari adalah menyindir atau menggunakan sarkasme. Kalimat bernada meremehkan membuat pasangan merasa tidak berharga, gagal, dan tidak dihargai.
Psikolog menyebut, sindiran yang terus menerus dapat mematikan perasaan. Pasangan berhenti merasa aman secara emosional, lalu perlahan menjauh dari hubungan.
Hal kedua yang juga merusak adalah berteriak atau memaki. Saat seseorang dibentak, sistem pertahanan diri aktif, membuat komunikasi berubah menjadi peperangan emosional.
Yang terjadi bukan penyelesaian masalah, tetapi benteng hati yang semakin tinggi. Pasangan merasa diserang, takut berbicara, dan kehilangan kedekatan batin.
Psikolog juga menegaskan bahaya stonewalling atau silent treatment. Diam sebagai hukuman membuat pasangan merasa tidak dianggap dan ditinggalkan secara emosional.
Semakin sering dilakukan, semakin tajam luka di hati. Kepercayaan melemah, kedekatan hilang, dan hubungan terasa dingin tanpa ruang untuk berdamai.
Hal keempat yang sangat berbahaya adalah mengancam cerai. Ketika kata itu keluar, rasa aman runtuh, dan fondasi pernikahan retak semakin dalam.
Ancaman berulang menciptakan ketakutan, bukan cinta. Pasangan mulai mempertanyakan apakah hubungan masih layak diperjuangkan atau justru harus berakhir.
Melabeli pasangan dengan kata negatif seperti egois, toxic, atau narsistik juga merusak psikologis. Label membuat seseorang berhenti melihat kebaikan pasangannya.
Yang muncul kemudian adalah pencarian kesalahan demi membenarkan label tersebut. Cinta mati ketika keburukan menjadi satu-satunya kacamata yang dipakai.
Kesalahan lama juga tidak boleh diungkit terus menerus. Setiap kali masa lalu dibuka, luka baru tercipta dan dendam ikut tumbuh.
Pasangan akhirnya saling menyerang, mencari siapa yang paling bersalah. Masalah tidak selesai, hanya bertambah besar, dan hubungan makin rapuh.
Hubungan tidak hanya butuh cinta, tetapi kedewasaan bersikap. Kata dan tindakan harus dijaga agar tidak saling melukai, sebab cinta tumbuh dari rasa aman.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar