Byju, raksasa edtech India yang pernah bernilai puluhan miliar dolar, kini terjerumus ke titik nol setelah investor global menghapus valuasinya akibat krisis hukum berlarut.
Guncangan kian besar ketika pengadilan Amerika Serikat memerintahkan pendiri Byju, Byju Raveendran, membayar lebih dari US$1,07 miliar terkait hilangnya dana perusahaan senilai US$533 juta pada 2022.
Putusan ini dibacakan pada 2024 di Delaware, setelah hakim menilai Raveendran mengabaikan instruksi hukum, memberikan jawaban tidak lengkap, dan gagal menunjukkan transparansi terkait aliran dana perusahaan.
Kasus ini memicu gelombang reaksi di industri teknologi India yang selama bertahun-tahun menjadikan Byju simbol inovasi. Kejatuhannya dianggap mengguncang kepercayaan investor terhadap perusahaan edtech besar.
Raveendran yang dulu dipuja sebagai ikon startup India kini menghadapi gugatan beruntun, tekanan kreditur, dan keruntuhan reputasi. Perubahan drastis ini menyoroti rapuhnya ekosistem yang digerakkan ambisi pertumbuhan agresif.
Penasihat hukum Raveendran menyatakan kliennya akan banding karena dana digunakan untuk operasional, bukan keuntungan pribadi. Namun kreditur tetap menolak dan menuntut pengembalian pinjaman US$1,2 miliar.
Hakim menyebut kasus ini “luar biasa” karena tingkat ketidakpatuhan yang tinggi, mulai dari absen sidang hingga denda harian tak terbayar. Investor besar seperti Prosus dan Tiger Global dilaporkan menarik dukungan.
Kisruh ini menjadi peringatan keras bagi dunia teknologi global bahwa ekspansi cepat tanpa tata kelola kuat dapat menggiring perusahaan menuju kehancuran yang tak terelakkan.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar