Kunjungan sejumlah debt collector ke rumah Sarwendah memicu kegaduhan baru pada Jumat malam, setelah insiden mendadak itu menyeret kembali dinamika hubungan pasca-perpisahan dengan Ruben Onsu.
Peristiwa bermula ketika debt collector datang membawa data kendaraan yang disebut terkait kewajiban finansial, namun kedatangan mereka justru menimbulkan ketegangan karena alamat tidak sesuai.
Pihak Sarwendah menegaskan kedatangan debt collector ke rumahnya adalah kekeliruan, sebab ia tidak pernah mengambil kredit kendaraan dan tidak mengetahui posisi mobil mewah yang dipersoalkan.
Mereka menilai tindakan mendatangi rumah tanpa verifikasi resmi menciptakan tekanan emosional bagi keluarga, sekaligus menghadirkan persepsi keliru tentang tanggung jawab finansial pasca-perpisahan.
Kuasa hukum Ruben, Minola Sebayang, menjelaskan keterlambatan pembayaran hanya terjadi satu hari dan tidak sepantasnya langsung berujung penagihan fisik tanpa pemberitahuan administratif.
la mempertanyakan alasan penagihan dialamatkan ke rumah Sarwendah, padahal kendaraan terdaftar sepenuhnya atas nama Ruben, sehingga seharusnya tidak menimbulkan salah sasaran penagihan.
Minola menilai cara penagihan yang tidak mengikuti ketentuan memperkeruh opini publik, terutama ketika masyarakat mengaitkan insiden itu dengan dinamika emosional kedua pihak setelah perpisahan.
la menambahkan bahwa Ruben tetap menjalankan kewajiban memberikan dukungan finansial besar setiap bulan, sehingga penilaian publik tentang pengabaian tanggung jawab dianggap tidak berdasar.
Dari sisi lain, kuasa hukum Sarwendah, Chris Sam Siwu dan Abraham Simon, menyebut adanya narasi keliru yang merugikan klien mereka, termasuk dugaan pengalihan informasi kepada penagih.
Mereka menegaskan bahwa keluarga Sarwendah justru menjadi korban salah alamat, sehingga harus menanggung tekanan publik atas persoalan yang tidak berkaitan dengan aktivitas mereka.
Situasi makin memanas setelah kubu Ruben menyampaikan keluhan tentang sulitnya akses bertemu anak selama dua bulan terakhir, memunculkan dimensi emosional baru di balik ketegangan yang ada.
Kondisi ini memperlihatkan bagaimana sebuah penagihan sederhana dapat memicu ledakan drama lebih besar, terutama ketika menyangkut relasi keluarga, rasa keadilan, dan luka pasca-perpisahan.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar