PT Citatah Tbk (CTTH) membuka peluang pemulihan kinerja melalui rencana usaha patungan dengan Chememan meski pasar mineral dan industri properti nasional masih bergerak melambat.
Sepanjang 2025, Citatah menghadapi penurunan permintaan marmer akibat perlambatan keputusan pengembang, penundaan proyek pariwisata Bali, serta hambatan ekspor setelah tarif baru diberlakukan Amerika Serikat.
"Penjualan hingga September mencapai Rp88,3 miliar, terdiri atas pasar domestik Rp71,8 miliar dan ekspor Rp16,5 miliar," ujar Direktur Utama CTTH, dalam Public Expose Jakarta, Jumat (21/11).
Tekanan operasional yang dialami Citatah menggambarkan tantangan industri bahan bangunan premium, termasuk keterlambatan proyek, pelemahan permintaan, dan perubahan regulasi yang memengaruhi kecepatan perputaran bisnis nasional.
Perseroan memproyeksikan penjualan tahunan sekitar Rp123 miliar, turun lima belas persen dibanding 2024, sekaligus mencatat rugi komprehensif sekitar Rp13,3 miliar hingga September 2025.
Total aset per September mencapai Rp711 miliar, menurun karena penyusutan persediaan dan divestasi aset Bandung, sementara piutang meningkat mengikuti perlambatan pembayaran berbagai proyek utama.
Manajemen menjaga likuiditas melalui pengelolaan liabilitas dan ekuitas, sembari mengamankan proyek berkelanjutan senilai Rp45 miliar untuk 2026, termasuk prospek incoming projects bernilai puluhan miliar.
Rencana usaha patungan dengan Chememan dipandang menjadi momentum strategis untuk memperkuat lini mineral, meningkatkan daya saing, serta membuka pasar baru di tengah kondisi industri menantang.
Citatah berharap kolaborasi baru ini membawa stabilitas jangka panjang, memperkuat fondasi bisnis mineral, dan mengembalikan pertumbuhan positif pada tahun-tahun pemulihan mendatang.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar