Warunk Upnormal pernah menjadi fenomena nasional dengan ratusan gerai di berbagai kota besar, namun kini runtuh setelah kehilangan arah bisnis dan daya tarik utama.
Bisnis yang lahir pada 2014 di Bandung itu berkembang cepat, membuka lebih dari 100 cabang dalam empat tahun sebelum mencapai puncak popularitas pada 2019.
Generasi muda memilih Upnormal karena tempatnya nyaman, menawarkan WiFi, menu kekinian, serta konsep Indomie modern yang dianggap relevan bagi gaya hidup milenial kota.
Namun keberhasilan tersebut memicu gelombang kompetitor lokal yang meniru konsep serupa dengan harga lebih murah, sehingga menekan loyalitas pelanggan secara signifikan.
Setelah 2020, banyak gerai tutup bukan hanya karena pandemi, tetapi karena strategi pemasaran tidak berkembang mengikuti perubahan selera pasar yang semakin dinamis.
Pengamat bisnis menilai konsep Upnormal mudah ditiru, tidak memiliki diferensiasi kuat, dan gagal membangun identitas jangka panjang yang membuat pelanggan ingin kembali.
Situasi tersebut menyebabkan manajemen kehilangan kontrol terhadap ekspansi, sehingga beban operasional meningkat tanpa dukungan pendapatan yang memadai dari setiap lokasi usaha.
Pada 2021, seluruh gerai Upnormal akhirnya dinyatakan tutup permanen, menandai berakhirnya salah satu merek F&B paling populer bagi anak muda perkotaan Indonesia.
Kisah jatuhnya Upnormal menjadi pengingat penting bahwa ekspansi besar tanpa fondasi strategi pemasaran kuat hanya akan menjadi beban ketika tren pasar berubah cepat.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
26-DNM-11766-jatuhnya-warunk-upnormal-dari-100-cabang-jadi-tutup










Tidak ada komentar:
Posting Komentar