Salt Bae, koki viral asal Turki, kembali ramai dibahas setelah beberapa cabang restoran Nusr-Et ditutup akibat kritik pelanggan dan strategi bisnis baru.
Salt Bae atau Nusret Gökçe dikenal publik sejak 2017 lewat aksi menaburkan garam dengan gaya flamboyan di media sosial yang kemudian mendunia.
Dari popularitas itu, ia membangun jaringan restoran mewah bernama Nusr-Et, menghadirkan pengalaman makan eksklusif dengan harga premium di banyak negara.
Restoran kecil pertamanya di Istanbul hanya memiliki delapan meja. Namun dukungan klien kelas atas dan calon investor membuat bisnisnya berkembang pesat.
Selebriti dunia mulai berdatangan ke restorannya di Turki, Qatar, dan Dubai. Menu seperti burger emas hingga steak puluhan juta menjadi daya tarik.
Namun perjalanan bisnis Salt Bae tidak selalu mulus. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah cabang Nusr-Et di Amerika Serikat dan Inggris terpaksa tutup.
Jumlah cabang di Amerika turun drastis dari tujuh menjadi dua. Publik mengeluhkan ketidaksesuaian harga, kualitas makanan, dan pelayanan yang dianggap tidak ramah.
Selain komplain pelanggan, muncul laporan tentang perlakuan tidak etis terhadap karyawan. Kontroversi itu membuat reputasi Salt Bae menurun.
Publik menduga penutupan restoran terjadi karena citra yang memburuk. Namun manajemen Salt Bae menegaskan bahwa ini adalah strategi restrukturisasi global.
Mereka mengklaim ingin fokus pada ekspansi internasional yang lebih efisien. Salt Bae bahkan berencana membuka cabang baru di Roma, Spanyol, dan Meksiko.
"Bisnis kuliner harus terus beradaptasi. Penutupan bukan kegagalan, tetapi penguatan fondasi," ujar perwakilan manajemen Salt Bae dalam keterangan resmi.
Dari perjalanan ini, ada pelajaran penting bagi pelaku kuliner. Popularitas dan gimmick tidak cukup menjaga bisnis. Konsumen kini menuntut nilai dan pelayanan.
Terlepas dari kontroversinya, fenomena Salt Bae tetap menarik perhatian pelaku usaha di Indonesia. Industri steak lokal kini berkembang semakin agresif.
Data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia menunjukkan konsumsi daging premium meningkat. Steakhouse berubah menjadi destinasi kuliner, bukan sekadar restoran biasa.
Brand lokal seperti Bawain Steak muncul dengan konsep ramah di kantong. Memilih lokasi dekat pemukiman, omzet bulanan mereka bahkan mencapai ratusan juta rupiah.
Kisah Salt Bae menjadi pengingat bahwa sensasi viral tidak menjamin kelangsungan bisnis. Pada akhirnya, konsumen mencari rasa, pengalaman, dan pelayanan terbaik.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar